Selasa, 13 Januari 2015

DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

Diskriminasi

Setiap orang berhak mendapatkan persamaan kesempatan memperoleh pekerjaan dan persamaan perlakuan dalam pekerjaan, tanpa diskriminasi. Pekerja serta pelamar kerja tidak boleh dikenakan tindakan diskriminasi.

Diskriminasi termasuk pembedaan berdasar pada ras, etnis, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, aliran politik, disabilitas atau HIV/AIDS yang mengakibatkan perlakuan yang tidak sama.

Ada diskriminasi yang langsung dan yang tidak langsung. Bukan hanya perlakuan yang sengaja. Diskriminasi yang tidak langsung adalah praktek-praktek yang tampak netral tetapi menghasilkan perlakuan yang tidak sama terhadap seseorang dengan karakteristik tertentu.

   Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.

  Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan

Pelecehan dapat dianggap sebagai bentuk diskriminasi jika didasarkan pada ciri atau sifat yang diskriminatif.

Penyebab diskriminasi :
  -    Latar belakang suatu pihak
  -   Faktor kepribadian
  -   Dilatar belakangi oleh sosio kultural
  -  Adanya perbedaan perbedaan baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, agama,dsb.

Akibat Diskriminasi :

- Tidak terciptanya rasa keadilan.
- Tidak adanya rasa persatuan dan kesatuan antar sesama warga negara.
- Adanya kesenjangan sosial.
- Hak asasi manusia tidak terwujud.
- Kerukunan antar warga negara sulit terwujud.


Upaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi diskriminasi :
  -   Perbaikan kondisi  sosial dan ekonomi
  -  Sikap keterbukaan dan lapang dada
  - Loyalitas yang tinggi
  - Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
  - Mengaplikasikan nilai nilai pancasila terutama sila ketiga

Menurut saya pribadi, diskriminasi itu harus dihapuskan karena bertententangan dengan agama, Karena semua manusia di mata Allah SWT  itu semuanya adalah sama.


Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri  sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang bersifat universal dan secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian etosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan budaya yang satu dan yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar ideologi dari chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap bangsanya ( Jerman ) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.

Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.

Contoh yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.

Menurut saya etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.

Contohnya Tidak mau menerima kebudayaan dari luar yg dianggap merusak.



Tetapi, baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa dibilang merupakan bagian dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita hindari karena dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa kita.


Sumber : 
Wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar