Diskriminasi
Setiap orang berhak mendapatkan persamaan kesempatan
memperoleh pekerjaan dan persamaan perlakuan dalam pekerjaan, tanpa
diskriminasi. Pekerja serta pelamar kerja tidak boleh dikenakan tindakan
diskriminasi.
Diskriminasi termasuk pembedaan berdasar pada ras, etnis,
warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, aliran politik,
disabilitas atau HIV/AIDS yang mengakibatkan perlakuan yang tidak sama.
Ada diskriminasi yang langsung dan yang tidak langsung.
Bukan hanya perlakuan yang sengaja. Diskriminasi yang tidak langsung adalah
praktek-praktek yang tampak netral tetapi menghasilkan perlakuan yang tidak
sama terhadap seseorang dengan karakteristik tertentu.
Diskriminasi
langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan
menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak
langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif
saat diterapkan di lapangan
Pelecehan dapat dianggap sebagai bentuk diskriminasi jika
didasarkan pada ciri atau sifat yang diskriminatif.
Penyebab diskriminasi :
- Latar belakang suatu pihak
- Faktor kepribadian
- Dilatar belakangi oleh sosio kultural
- Adanya perbedaan perbedaan baik dari segi
ekonomi, sosial, budaya, agama,dsb.
Akibat Diskriminasi :
- Tidak terciptanya rasa keadilan.
- Tidak adanya rasa persatuan dan kesatuan antar sesama
warga negara.
- Adanya kesenjangan sosial.
- Hak asasi manusia tidak terwujud.
- Kerukunan antar warga negara sulit terwujud.
Upaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi diskriminasi :
- Perbaikan kondisi sosial dan ekonomi
- Sikap keterbukaan dan lapang dada
- Loyalitas yang
tinggi
- Meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan
- Mengaplikasikan
nilai nilai pancasila terutama sila ketiga
Menurut saya pribadi, diskriminasi itu harus dihapuskan
karena bertententangan dengan agama, Karena semua manusia di mata Allah
SWT itu semuanya adalah sama.
Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap
nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, yang terbaik,
mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan
lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang
bersifat universal dan secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian
etosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan
budaya yang satu dan yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar
ideologi dari chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap
bangsanya ( Jerman ) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.
Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku
carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan
atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga
dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku
yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai
dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal
dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep
yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena
itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat
Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas
konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat
Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya
terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak
ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
Contoh yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi
masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan
warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan.
Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu
kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.
Menurut saya etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai
patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi
kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang
terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat
mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri
sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam
suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan
etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian
dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan
kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan
erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.
Contohnya Tidak mau menerima kebudayaan dari luar yg
dianggap merusak.
Tetapi, baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa
dibilang merupakan bagian dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita
hindari karena dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Sumber :
Wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar